Banner Ad

Text Ad

28 September 2008

Penyakit Jantung Koroner

Survei kesehatan rumah tangga yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menunjukkan, penyakit kardiovaskular yang pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian nomer tiga terus meningkat menjadi penyebab kematian nomer satu pada tahun 1992. Perkembangan ini tentu sangat mengkhawatirkan karena kematian akibat penyakit kardiovaskular, khususnya jantung koroner, seringkali merenggut tenaga-tenaga yang masih produktif. Bahkan tidak jarang merupakan putra-putri terbaik yang sedang menapaki puncak karirnya. Hal ini tentu merupakan kerugian yang tidak kecil bagi keluarga dan masyarakat.

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku dan gaya hidup. Tingginya unsur kejutan pada serangan jantung serta mahalnya biaya pengobatan penyakit ini (yang seringkali memerlukan peralatan yang canggih), mengharuskan kita untuk lebih menaruh perhatian pada usaha pencegahan dan deteksi dini penyakit ini.


Faktor Risiko PJK

Faktor risiko PJK dapat dibagi dua, yaitu yang tidak dapat diubah, seperti jenis kelamin, usia dan keturunan; serta yang dapat diubah, seperti kolesterol tinggi, merokok, hipertensi, kencing manis, kegemukan, kurang olah raga dan stres psikis.

Jenis kelamin lelaki memiliki risiko lebih tinggi dibanding wanita, tetapi apabila telah menopause maka risiko wanita sama dengan lelaki. Usia diatas 40 tahun dianggap mulai memiliki risiko PJK, begitu juga apabila dalam keluarga terdapat penderita PJK, maka risikonya juga lebih tinggi.

Ternyata tidak semua kolesterol bersifat merugikan jantung. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) termasuk kolesterol jahat, karena akan mengendap di dalam dinding pembuluh darah, menyebabkan penyempitan dan penyumbatan. Sedangkan HDL (High Density Lipoprotein) termasuk kolesterol baik, karena justru akan menghambat penyempitan pembuluh darah. Penyempitan yang terjadi di pembuluh darah koroner dapat menyebabkan serangan jantung, sedangkan apabila di pembuluh darah otak menyebabkan stroke.

Rokok telah diketahui banyak mengandung zat racun selain dapat me-nimbulkan kanker juga dapat merusak endotel (lapisan pelindung pada bagian dalam pembuluh darah), sehingga dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis (Penyempitan dan pengerasan pembuluh darah). Semakin tinggi tekanan darah seseorang, makin meningkat risikonya untuk mendapat PJK maupun stroke. Dianjurkan agar tekanan darah dibawah 140/90 mmHg, berapapun usia seseorang. Bagi penderita kencing manis atau diabetes, tekanan darah tinggi akan lebih memperburuk pengaruhnya, sehingga dianjurkan untuk mengontrol tekanan darahnya lebih rendah lagi, yaitu 120/80 mmHg atau kurang, asalkan tidak menimbulkan keluhan lain seperti lemas atau sempoyongan.

Kegemukan juga merupakan faktor risiko yang penting, karena kegemukan dapat meningkatkan kecenderungan menjadi hipertensi, diabetes, insulin resisten, trigliserid tinggi, dsb. Secara sederhana seseorang dinilai kegemukan (obesitas) bila berat badannya lebih besar 20 % dari Berat badan (BB) ideal.

Sudah lama diketahui olah raga mempunyai efek yang baik bagi kesehatan. Penelitian menunjukkan orang yang kurang olah raga mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dibanding yang rajin berolah raga. Olah raga yang dianjurkan untuk mencegah penyakit jantung adalah jenis aerobik. Seperti jalan kaki, lari, berenang, bersepeda, lompat tali, jelajah alam, dsb. Latihan dianjurkan paling tidak dilakukan 3 kali seminggu, minimal setiap kali 20 menit.

Meskipun serangan jantung biasanya datang secara mendadak, tetapi proses penyakitnya sendiri sebenarnya berlangsung selama bertahun-tahun. Penyempitan pembuluh darah koroner, yaitu pembuluh darah yang memberi makan pada jantung, ternyata sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, yang makin lama makin bertambah, dan biasanya menimbulkan keluhan/serangan pada usia diatas 40 tahun. Karena proses terjadinya penyakit ini secara pelan-pelan, maka sebetulnya penyakit ini dapat dicegah. Pemantauan secara dini sangat diperlukan untuk pencegahan.


Deteksi Dini

Untuk mencegah serangan jantung paling baik adalah dengan mengontrol faktor risiko serta mendeteksi gejala atau tanda-tanda PJK secara dini. Pemeriksaan darah secara rutin tiap tahun, seperti kadar kolesterol, trigliserida dan gula darah, dapat mendeteksi adanya kelainan secara dini. Sehingga bila ada kelainan dapat dikendalikan baik dengan diet ataupun obat-obatan. Penting juga untuk memeriksakan tekanan darah secara periodik, misalnya tiap 3 bulan, untuk mengetahui adanya hipertensi secara dini.

Pengobatan hipertensi secara dini disamping dapat mencegah penyakit jantung juga sangat penting untuk mencegah stroke. Pada hipertensi yang masih ringan, seringkali dapat dikendalikan hanya dengan diet rendah garam dan olah raga teratur.

Adanya nyeri dada yang timbul saat melakukan aktivitas dan berkurang dengan istirahat, merupakan salah satu tanda khas adanya penyakit jantung koroner. Apalagi bila nyeri dada itu disertai penjalaran ke lengan, punggung, leher atau rahang. Lebih lagi bila disertai keringat dingin atau mual/muntah, maka harus diwaspadai sebagai serangan jantung. Bila ada gejala ini sebaiknya segera diperiksakan ke dokter/rumah sakit terdekat.

Pemeriksaan EKG (elektrokardiogram) dapat mendeteksi adanya tanda penyempitan koroner, gangguan irama jantung maupun penebalan dinding jantung, dsb. Adanya kelainan yang dideteksi lebih dini dapat digunakan untuk mengatur strategi pengobatan yang lebih tepat.

Apabila terdapat keluhan nyeri dada yang khas tetapi tidak tampak tanda penyempitan koroner pada pemeriksaan EKG saat istirahat, maka diperlukan pemeriksaan treadmill, yaitu pasien diminta berjalan diatas ban berjalan yang makin lama putarannya makin cepat, sementara dilakukan perekaman EKG secara periodik setiap 2-3 menit. Apabila terdapat penyempitan koroner, maka akan tampak perubahan pada gambaran rekaman EKG.

Pemeriksaan lain yang kadang-kadang diperlukan adalah ekokardiografi. Pemeriksaan ini dapat menilai gerakan otot dinding jantung, katup-katup jantung dan aliran darah dalam jantung. Adanya penyempitan atau kebocoran katup jantung, kebocoran sekat bilik (ventrikel) atau serambi (atrium) jantung dapat diketahui dengan alat ini.

Tetapi alat ini tidak secara rutin digunakan untuk deteksi dini penyakit jantung koroner. Dengan sedikit modifikasi (mengganti transducer), alat ini dapat digunakan untuk menilai adanya penyempitan pada pembuluh karotis di leher (pembuluh yang mengalirkan darah dari jantung ke otak). Adanya penyempitan di karotis dapat digunakan sebagai indikator tak langsung untuk menilai penyempitan arteri koroner.

Pemeriksaan yang digunakan untuk memastikan adanya penyempitan pembuluh darah koroner disebut kateterisasi jantung. Pemeriksaan ini sampai sekarang masih digunakan sebagai standar utama untuk mendiagnosis penyempitan pembuluh darah koroner. Pemeriksaan ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan tindakan terapi lebih lanjut, seperti melebarkan penyempitan koroner dengan balon, maupun operasi bedah pintas koroner.

Itulah sebabnya mengapa serangan jantung adalah manifestasi PJK yang paling menakutkan. Tetapi hal ini sebenarnya dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko PJK, dengan menjalankan pola hidup sehat serta melakukan deteksi dini secara berkala.

Sumber : (Dr Sodiqur Rifqi, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah)