Banner Ad

Text Ad

01 Agustus 2009

Jet Lag Dapat Memicu Timbulnya Psikosis

Bagi anda yang sering berpergian dengan pesawat terbang ke negara-negara yang memiliki perbedaan waktu yang menyolok dengan Indonesia, baik untuk berlibur ataupun bertugas, anda disarankan untuk lebih berhati-hati. Soalnya, jet lag – yang diketahui dapat menimbulkan gangguan tidur dan berbagai gejala lainnya – dapat memperburuk beberapa gangguan mental, atau dalam keadaan yang jarang ditemukan, memicu timbulnya psikosis pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit mental apapun, demikian menurut suatu artikel yang dipublikasikan dalam jurnal medis berbahasa Ibrani, Harefuah.

Jet lag, suatu keadaan yang terjadi akibat menyeberangi zona-zona waktu dengan cepat memakai pesawat terbang, dapat mengacaukan jam biologis dalam tubuh seseorang. Drs. Gregory Katz, Rimona Durst, Josef Zislin dan Haim Knobler dari Kfar Shaul Mental Health Center, Yerusalem, dan Hilla Knobler dari Kaplan Hospital, Rehovot, meringkas berbagai penelitian mengenai potensi dari efek jet lag terhadap kesehatan mental para penumpang. Bahkan sebuah perjalanan jarak jauh dengan menggunakan kereta api pun dapat memicu timbulnya paranoia (psikosis dengan gejala-gejala waham yang menonjol), demikian mereka melaporkan.

Penelitian-penelitian pertama mengenai jet lag mulai muncul pada tahun 1960-an, ketika 49 orang pasien yang mengalami gangguan dan diangkut langsung dari lapangan udara menuju rumah sakit jiwa di San Francisco selama kurun waktu 7 tahun, memperlihatkan adanya gejala-gejala paranoia, kecemasan, ataupun gejala-gejala psikopatologi lainnya.

Gejala-gejala yang dialami juga akan menjadi lebih parah secara bermakna jika para pasien melakukan penerbangan dari arah Barat ke Timur ketimbang bila dari arah sebaliknya. Para peneliti mengatakan bahwa para pasien penderita skizofrenia yang kondisinya stabil sebelum melakukan penerbangan, mendadak berbalik menjadi parah setelah melakukan suatu perjalanan memakai pesawat terbang.

Selanjutnya, para psikiater dari Israel melaporkan ditemukannya sebuah kasus yang langka. Kasus ini terjadi pada seorang turis beragama Nasrani yang berumur 49 tahun. Kondisi turis tersebut benar-benar normal sebelum melakukan penerbangan ke Yerusalem. Setelah tiba di sana, ia mulai mengalami masalah-masalah tidur, merasa sangat lelah, dan mengalami beberapa gangguan lainnya. Dia tiba-tiba mulai menunjukkan perilaku psikotik, termasuk paranoia dan waham kebesaran. Dia bersikeras bahwa para peserta tur yang 'baik' dan yang 'jahat' sedang berperang satu sama lain dan ia menganggap bahwa dirinya adalah orang suci yang ditugaskan untuk melindungi kelompok yang 'baik'.

Turis tersebut kemudian dibawa ke unit gawat darurat pusat kesehatan mental Kfar Shaul setelah menunjukkan perilaku yang sangat agresif. Dia bereaksi sangat brutal terhadap semua petugas di rumah sakit dan bersikeras bahwa ia telah mendengar suara para malaikat. Disana ia diobati dengan obat-obat anti-psikotik dan hormon melatonin untuk mengatur kembali jam biologisnya. Kondisinya mulai membaik dalam kurun waktu 72 jam.

Di akhir artikel mereka, para peneliti mengatakan bahwa kondisi psikotik yang dialami seseorang umumnya akan menghilang dengan sendirinya ketika jam biologis dalam tubuhnya menjadi normal kembali.